KUALA TUNGKAL — Palile (78) alias Pak Janggu warga Parit 9, Desa Baung, Kecamatan Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabar) tersebut telah melakukan pembukaan lahan selama 64 tahun dengan cara dibakar namun kini rutinitasnya itu tidak lagi di lakukan.
Hal itu diakibatkan pendekatan humanis yang dilakukan Kapolres Tanjabar AKBP Guntur Saputro sedikitnya ada empat kali pendekatan secara intens dilakukan mantan Kasubdit Indagsi Ditrektorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi ini.
Pak Janggut mengatakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini datang menemui dirinya untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Namun selama itu pula tidak asa satupun yang datang dengan memberikan solusi membuka lahan dengan tidak membakar.
“Selama ini yang ada hanya melarang, tidak ada solusi. Saya kalo di larang makin jadi, apalagi melarang nya marah-marah. Itu yang selama ini terjadi,”katanya, Jumat (12/3/2021).
Menurunya, dirinya saat Kapolres datang menyikapi dengan sinis. Sebab, ia beranggapan kedatangan kapolres tersebut akan marah marah seperti para penegak hukum lainnya sebelumnya.
“Awalnya iya kita tidak mau terima pak Kapolres datang. Tapi selama ngobrol saya lihat berbeda dengan yang lain. Pak kapolres awalnya melarang saya tapi kemudian dia bilang suruh manfaatkan lahan jadi pupuk tanaman,”sebutnya
Namun, hal tersebut tidak terlalu di gubris olehnya. Ternyata Kapolres tidak hanya datang satu kali, setidaknya sudah empat kali Kapolres datang dan Kamis (11/3/2021) Kapolres bersama dengan personil polres Tanjabbar dan penyuluh pertanian tidur di lokasi lahan.
Upaya yang di lakukan ini ternyata memberikan tempat bagi Kapolres di hati Pak Janggut. Ia menyebut kini menerima saran dari Kapolres dan kini tengah di lakukan oleh anak angkatnya (kelompoknya).
“Ya sekarang kita terima saran dari pak Kapolres karena tadi dia juga mau kasih solusi dan turun langsung untuk kasih solusi ke kita. Saya kasih waktu lah kepada pak Kapolres untuk lakukan solusi ini dan kalo berhasil kita tidak akan bakar lagi dan kalo tidak berhasil kita minta cari solusi lagi,” ungkapnya
Adapun solusi yang ditawarkan oleh Kapolres kepada Pak Janggut dan kelompoknya adalah dengan membuka lahan dengan cara ladang dan memanfaatkan limbah dari tanaman untuk di jadikan pupuk kompos.
Solusi ini di apresiasi dengan kelompok Pak Janggut. Diakui Pak Janggut satu bulan setengah ini dirinya tidak lagi membakar lahan. Ini juga sebagai janji yang Ia sampaikan kepada Kapolres untuk tidak membakar lahan dan mulai melakukan pengolahan pupuk kompos.
Diceritakan olehnya bahwa biasanya hampir setiap hari Ia membakar lahan untuk kemudian di tanam. Waktu yang dilakukan untuk membakar lahan seperti kondisi saat ini, ketika cuaca panas dan angin kencang. Lagi-lagi baginya dengan membakar lahan ini akan menyuburkan tanaman yang akan di tanam.
“Sebulan setengah ini saya stop. Tidak bakar lahan, saya sampaikan juga ke anak angkat saya untuk tidak bakar lahan, kamu istirahat saja. Biasanya mereka jaga lahan kalo lahan itu saya bakar,”sebutnya
Kini, Pak Janggut mulai mengolah ranting-ranting tanaman serta daun-daun kering untuk di jadikan pupuk kompos. Selain itu, Pak Janggut dan kelompoknya mulai melakukan penanaman, meskipun saat ini masih diberikan bimbingan bersama dengan personil polres dan penyuluh pertanian serta seorang ahli pertanian.
“Kalo biasanya kan sudah kita bakar langsung tanam. Kalo ini kan hal baru, jadi memang masih banyak belajar. Kita juga berharap hasil nya lebih banyak dari kita menggunakan lahan yang di bakar,”katanya
“Kalo ini berhasil kita akan beralih tanam dengan cara ini. Tapi kalo memang hasilnya tidak sesuai ya kita tetap minta solusi sama pak Kapolres bagaimana hasil nya supaya lebih banyak dari yang kita dengan cara membakar,” pungkasnya
Pak Janggut dan kelompoknya adalah satu diantara masyarakat di luar sana yang sudah lama mempertahankan budaya membakar lahan. Namun, dengan pendekatan persuasif, sedikit demi sedikit mindset membakar lahan dengan cara membakar dan mindset tanah bekas bakaran dapat menyuburkan tanaman selamanya mulai berubah.
“Ya apalagi saya ini kan memang tidak banyak tahu soal tanaman, yang saya tau cuma bakar lahan, nanam sayuran, tumbuh sudah cukup untuk makan sehari-hari ya sudah. Tapi kalo dikasih solusi ini dan hasilnya akan baik, pasti kita terima dan tidak bakar lagi.”tandasnya (WN)
Discussion about this post