SEKATO.ID – Masyarakat Kerinci di Provinsi Jambi memiliki berbagai tradisi yang masih bertahan hingga saat ini. Ada berbagai upacara tradisional yaitu, Upacara Kenduri Sko, Upacara Asyeik, Upacara Mandi Balimau, dan sebagainya.
Tradisi Kenduri Sko yang merupakan tradisi turun temurun paling besar bagi masyarakat Kerinci. Kenduri sko mempunyai makna keterpaduan, keakraban, kesadaran, kebersamaan, dan keterbukaan antar anggota masyarakat.
Tradisi ini bertujuan untuk pengukuhan tokoh adat seperti depati, ninik mamak, dan hulu balang sebagai pengganti pemangku adat yang telah berhenti.
Depati dapat diganti karena beberapa hal, yaitu meninggal dunia, faktor usia, tidak dapat menjalankan tugas, dan dipecat karena melakukan kesalahan adat.
Kesalahan yang bisa membuat depati dipecat misalnya melakukan tindakan yang tidak adil, kekerasan, dan tindakan yang melanggar hukum adat lainnya. Setelah itu, maka anak jantan (laki-laki), anak batino (perempuan), serta Depati Ninik Mamak di daerah bersangkutan harus menggelar rapat untuk memecat Depati tersebut.
Gelar depati diperuntukan bagi orang yang mumpuni dan pandai. Depati bisa disetarakan dengan raja. Penyebutan depati di setiap dusun di Kerinci berbeda-beda, namun tugasnya sama-sama memutuskan suatu perkara.
Dalam istilah Kerinci, dialah yang memakan habis, memenggal putus, dan membunuh mati. Segala perkara di masyarakat (misalnya sengketa tanah) yang sampai kepadanya dan diadili di rumah adat, keputusannya tidak bisa dibantah oleh siapapun. Peraturan dan hukuman yang ditetapkan tidak menyimpang dari hukum adat. Tugas Depati dibantu oleh Ninik Mamak.
Kenduri Sko merupakan wujud syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Adanya upacara ini diharapkan hasil panen berikutnya juga berhasil. Masyarakat menyiapkan lemang untuk dibagikan kepada orang lain.
Ermi Jaya (57), Depati Singado Dinding Negeri mengungkapkan bahwa dulu tradisi kenduri sko rutin dilaksanakan setiap tahun. Namun, sekarang mengalami perubahan waktu menjadi 5 tahun sekali.
“Hal ini disebabkan perkembangan zaman dan kebutuhan semakin meningkat, serta kebutuhan kenduri sko yang tidak mudah dipenuhi,” ujarnya, dilansir dari covesia.com, Jumat,12 Maret 2021.
Pelaksanaan Kenduri Sko ini memiliki beberapa tahap.
Pertama, musyawarah atau rapat memilih orang yang akan diberi gelar. Rapat ini dihadiri oleh tokoh adat, alim ulama, cerdik pandai, serta masyarakat. Pada musyawarah tersebut, juga membahas waktu pelaksanaan, biaya, dan membentuk panitia pelaksana. Biaya kenduri sko ini berasal dari anak batino. Semua biaya dihitung, lalu dibagi rata oleh anak batino dalam keluarga.
Kedua, menurunkan benda-benda pusaka. Benda-benda pusaka tersebut disimpan didalam peti dan diletakkan diatas patih (tempat khusus diatas loteng berupa ruangan kecil).
Untuk menurunkan benda-benda pusaka ini dengan menyediakan sajian berupa nasi putih, telur ayam, air limau, dan lain-lain. Orang yang berkepentingan berkumpul di rumah itu. Orang tersebut akan dikawal oleh anak laki-laki naik keatas loteng yang diiringi oleh asap kemenyan. Patih diambil dan dibawa secara hati-hati, saat di pintu loteng disambut oleh ketua adat, serta diiringi dengan tari iyo-iyo yang dibawakan oleh perempuan.
Setelah benda-benda pusaka itu dibersihkan dan diperlihatkan kepada orang yang hadir, benda-benda tersebut dimasukkan kembali ke dalam peti dan dikunci.
Ketiga, penobatan gelar sko ini dilakukan diatas piagam. Orang yang berhak menerima gelar merupakan orang pandai dan cerdas.
Keempat, upacara diakhiri dengan makan bersama antara pemimpin adat dengan masyarakat. Masyarakat Kerinci menyebutnya minum kawo.
Discussion about this post