SEKATO.ID – Kota Tus merupakan kota besar berasal dari wilayah Khurasan pada masa kejayaan Islam.
Kota tersebut banyak melahirkan tokoh baik ulama maupun ilmuan seperti Nasiruddin al-Tusi ahli astronomi, Jabir ibn Hayyan ahli kimia, Nizam al-Muluk Perdana Menteri dinasti Seljuk, Abu Nasr al-Sarraj seorang sufi, Ferdowsi seorang penyair pengarang epik Shahnameh, dan tentu saja sang Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali.
Bahkan, Khalifah Harun al-Rasyid meninggal di kota ini ketika beliau berkunjung ke Khurasan.
Dikutip dari CNN Indonesia, Tus termasuk ke dalam provinsi Khurasan Rezavi, Iran. Kota ini berdekatan dengan ibukota provinsi, Mashad.
Jika ingin berkunjung ke Tus, kita harus pergi ke Mashad terlebih dahulu. Dari Mashad ada banyak transportasi yang bisa mengantar ke sana, dari mulai taksi sampai bus dalam kota. Dengan bus, perjalanan dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam.
Tus berada di sebelah timur Mashad searah dengan jalan menuju perbatasan dengan Afghanistan. Kota Tus sebenarnya adalah cikal bakal kota Mashad saat ini.
Jika dahulu Tus adalah kota besar, sekarang bergeser ke Mashad. Sementara, Tus menjadi wilayah kecil di sebelah timur Mashad.
Ini mirip seperti yang terjadi dengan kota Rey, dimana Rey menempati sudut kecil di bagian selatan Tehran. Padahal, kelahiran Tehran dibidani oleh kota besar Rey di masa lalu.
Kebesaran Tus di masa lalu sudah tidak terlihat lagi karena saat ini ia hanya menjadi perkampungan biasa yang jauh dari keramaian.
Walaupun demikian, ada beberapa situs yang masih dapat ditemukan sebagai pengingat bahwa Tus adalah kota tua yang berpengaruh di masa lalu.
Situs-situs tersebut di antaranya makam Ferdowsi, Haruniyah, Citadel, dan makam Sang Hujjatul Islam Al-Ghazali. Tempat-tempat tersebut saling berdekatan, sehingga tidak susah mencarinya.
Jika ingin mengintip kebesaran Tus, Haruniyeh adalah tempat yang cocok.
Haruniyeh terletak di sisi jalan raya sebelum halte terakhir bus dari Mashad. Warna merah kecoklatan memberi tanda jika bangunan tersebut terbuat dari lumpur yang dilapisi batu bata.
Haruniyeh dulunya adalah sebuah khanqah atau tempat berkumpulnya para sufi.
Sebuah khanqah sering digunakan sebagai tempat untuk menempa diri supaya menjadi lebih baik.
Para pengembara dan pencari hakikat biasanya singgah di tempat ini. Mereka akan menemui seorang guru yang mampu menunjukkan jalan menuju Tuhan.
Letak khanqah biasanya berdekatan dengan madrasah dan masjid. Begitu pula dengan khanqah ini, dulunya berdiri madrasah dan masjid yang sekarang sudah tidak ada lagi karena dihancurkan oleh pasukan Mongol.
Haruniyeh dibangun pada abad 14 Masehi.
Dari informasi yang terdapat di dalam, diketahui bahwa tempat ini beberapa kali mengalami renovasi karena roboh akibat gempa ataupun perang.
Penyebutan Haruniyeh dimulai sejak awal abad ke 20 bersamaan dengan dimulainya konstruksi pembangunan makam Ferdowsi.
Tempat ini disalahpahami sebagai mausoleum atau makam Khalifah Harun al-Rasyid, sehingga disebut Haruniyeh.
Tepat di depan Haruniyeh terdapat sebuah monumen untuk mengenang Imam al-Ghazali.
Pada saat itu, karena makam Imam Ghazali belum ditemukan, maka untuk menghormatinya diukir nama Imam Ghazali di atas batu yang sampai sekarang masih dapat dijumpai.
Discussion about this post