SEKATO.ID – Borderline Personality Disorder merupakan salah satu gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami ketidakstabilan emosi. Akibatnya penderita BPD hubungannya dengan orang lain terganggu.
Orang yang hidup dengan BPD diibaratkan seperti hidup dalam roller coaster. Sebab, hampir segala sesuatu di dunia bisa menjadi tidak stabil, baik itu suasana hati, perilaku, pikiran, hubungan dengan orang lain, bahkan keraguan tentang dirinya sendiri.
Pengidap BPD umumnya dianggap memiliki perasaan yang sangat sensitif. Hal-hal kecil saja bisa memicu reaksi yang intens, semisal ada perilaku orang yang membuat pengidap BPD tersinggung, maka luapan emosi bisa cukup mengejutkan, seperti menangis keras, mengatakan kata-kata yang menyakitkan, atau melakukan sesuatu yang berbahaya, namun merasa bersalah atau malu sesudahnya.
Emosi yang meletup-letup tersebut merupakan bagian dari perilaku impulsif yang kerap dialami oleh pengidap BPD, yang akhirnya mengarah pada terganggunya hubungan dengan orang lain. Ketidakstabilan emosi ini biasanya muncul saat penderita memasuki usia dewasa awal, bisa lebih parah saat beranjak dewasa muda, namun membaik sering bertambahnya usia.
Dikutip dari CNN Indonesia, BPD memiliki gejala lainnya, di antaranya:
– Takut bila diabaikan oleh orang lain, seperti pasangan atau teman. Kondisi ini membuat penderita BPD mudah stres bila tanggapan orang lain tak sesuai dengan ekspektasi.
– Pengidap BPD bisa melakukan hal-hal yang ekstrem demi menghindari perpisahan atau penolakan. Tindakan ekstrem yang pada BPD yang parah bisa berupa ancaman untuk melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri saat pasangan ingin mengakhiri hubungan.
– Perubahan konsep diri yang berlangsung sering. Penderita bisa merasa dirinya memiliki peranan penting, namun dengan cepat bisa juga merasa dirinya buruk.
– Alami luapan emosi yang tidak wajar, seperti kehilangan kesabaran, berteriak, meluapkan kata-kata yang menyakitkan, bertengkar secara fisik dengan orang yang bahkan sudah dikenal dekat.
– Perasaan kesepian yang berkelanjutan walaupun sebenarnya ia memiliki banyak teman atau pasangan.
– Memiliki pola hubungan yang tidak stabil karena suatu ketika ia bisa sangat mengidolakan seseorang, namun hal-hal kecil yang terjadi di luar ekspektasi membuat orang tersebut dianggap tidak peduli atau kejam. Inilah yang akhirnya membuat penderita BPD menjalani hubungan yang rentan dengan konflik akibat nilai-nilai hidup yang cepat sekali berubah.
Penyebab BPD sendiri masih belum jelas, namun faktor genetik dan lingkungan dianggap sangat berpengaruh pada kesehatan mental seseorang, termasuk menjadi faktor risiko dari BPD.
Mengutip dari NHS, peristiwa traumatis yang terjadi pada masa anak-anak, seperti pelecehan dan kekerasan fisik serta emosi dalam pengasuhan, bullying di sekolah, dan ketidakpedulian orang tua juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena masalah mental seperti BPD.
Bila kamu atau kenalan mengalami gejala BPD, konsultasilah dengan terapis agar kestabilan emosi terjaga. Sebab BPD dapat mengurangi kualitas hidup.
Discussion about this post